Halaman

Minggu, 16 September 2012

Siung (28-08-2012)










Untuk Lelakiku


Untukmu lelakiku di masa depan,
sebelum bertemu denganmu,
ijinkan aku memperbaiki diriku,
agar saat bertemu denganmu kelak,
aku telah menjadi perempuan terbaik yang telah Allah persiapkan untukmu.

Untukmu lelakiku,
di mana pun kini kamu berada,
dan apa pun yang sedang kamu lakukan sekarang,
aku yakin kamu sedang memantaskan dirimu,
agar kamu bisa menjadi lelaki terbaik yang telah Allah persiapkan untukku.

Aku percaya,
perempuan baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik-baik pula.
Aku percaya,
semakin aku berusaha untuk menjadi perempuan sholehah,
kamu pun semakin berusaha untuk menjadi lelaki sholeh.

Untukmu lelakiku, jodohku,
maafkan aku jika di masa lampau dan mungkin di masa sekarang,
aku pernah salah menerka,
mengira orang lain adalah calon jodohku,
mengira dia adalah kamu.
Ini salah, dan aku menyesal.

Jika saat ini kamu melakukan kesalahan yang sama,
mengira orang lain adalah aku,
mengira dia adalah calon jodohmu,
aku hanya bisa berdoa,
semoga Allah membukakan pintu hatimu agar kamu segera menyadari bahwa dia bukanlah jodohmu.

Lelakiku,
aku harap kamu sabar menungguku,
menunggu waktu yang tepat untuk kita bertemu,
seringkali aku merasa tidak sabar ingin segera bertemu denganmu,
lalu aku sadar bahwa banyak hal yang harus aku perbaiki dan aku persiapkan sebelum bertemu denganmu.

Lelakiku,
aku belum tahu bagaimana bentuk rupamu, akhlakmu, asal-usulmu, pekerjaanmu, hobimu, dan apa pun tentang kamu,
satu hal yang aku tahu tentang kamu adalah kita mencintai Tuhan yang sama.

Lelakiku, pendamping hidupku kelak,
aku selalu menyebutmu dalam doaku,
apakah kamu selalu melakukan hal yang sama sepertiku? entahlah, tapi aku harap iya.
Untuk saat ini, kita hanya  bisa bertemu dalam doa.
Bangunlah setiap malam, lalu berdoalah untuk kita.
Berdoalah agar Allah selalu memberi yang terbaik untuk kita berdua.

Lelakiku,
kita harus percaya bahwa Allah telah menyiapkan waktu dan tempat yang tepat untuk kita bertemu dan menjadi satu.

(Salatiga,  9 September 2012)


Catatan:
gambar ini diambil dari: http://www.livakara.com

Iseng #part1

Tulisan saya kali ini cukup kurang bermutu karena disini saya akan menuliskan beberapa hal tidak bermutu yang ada di dalam otak saya. Ini akan sangat membosankan tapi saya ucapkan selamat membaca bagi yang berminat untuk membaca.

Saya punya akun blog, sudah cukup lama saya memiliki akun blog, tapi dari dulu hingga sekarang hanya ada beberapa arsip dan itu pun tidak semuanya tulisan saya sendiri, ada beberapa yang copas, tapi tenang saya bukan plagiat karena saya selalu mencantumkan sumber di setiap tulisan yang bukan tulisan saya. Berhubung saya jarang posting di blog, seolah-olah akun blog saya serasa tidak terurus. Saya sebenarnya ingin menulis banyak hal, tapi apa daya, saya tidak pandai merangkai kata, saya hanya pandai merangkai kata untuk mengarang jawaban saat ujian, hehe. Pernah sekitar beberapa bulan yang lalu saya berniat rajin menulis agar akun blog saya tidak sepi, tapi ternyata hal itu hanya niat. Hari ini pun saya berniat untuk mulai rajin menulis di blog, apakah ini juga hanya akan menjadi niat semata? kita lihat saja nanti.

Saya selalu sulit untuk mendapatkan inspirasi tentang hal apa yang harus saya tulis. Saya ingin menulis tapi saya tidak bisa menulis tentang ha-hal yang tidak saya rasakan. Saya ingin menulis tentang apa yang saya rasakan tapi saya jarang melakukannya karena dapat dipastikan tulisan saya pasti akan menye-menye, mendayu-dayu, dan melebay-lebay. Di dunia maya saya seringkali menghidari banyak hal yang berbau kelebay-lebayan tapi saya beberapa kali masih sering khilaf, hehe. Berikut adalah beberapa hal yang saya hidari untuk tidak saya tulis di dunia maya:

1. Mengeluh
Mengeluh merupakan hal yang cukup sulit untuk saya minimalisir. Ah padahal saya sangat benci mengeluh dan saya juga benci mendengar keluhan-keluhan yang sebenarnya tidak perlu dikeluhkan. Saya sangat sadar bahwa banyak hal yang harus saya syukuri daripada mengeluh. Oleh karena itu saya selalu mencoba untuk tidak pernah lagi mengeluh, yah meski beberapa kali masih sering khilaf.

2. Menyindir
Untuk yang satu ini, saya merasa cukup terkontrol untuk tidak menyindir orang lain di dunia maya. Menurut saya menyindir adalah perilaku seorang pengecut. Hari gini sudah bukan jamannya lagi sindir-sindiran di jejaring sosial. Jangan menyindir, lebih baik bicara langsung pada orang yang bersangkutan bila orang tersebut mengganggu kita. Jika tidak berani bicara langsung ya sudah ikhlaskan saja, cukup dipendam dalam hati, hehe. Tidak perlu menyindir hanya untuk menunjukan bahwa kita adalah penyindir yang handal, menyindir hanya akan merendahkan diri kita sendiri, dan tentu saja seorang penyindir yang handal tidak akan pernah berubah menjadi cantik atau tampan.

3. Marah-marah
Untuk hal marah-marah, saya merasa cukup terkontrol untuk tidak marah-marah di dunia maya. Pernah merasa ilfeel tidak dengan perempuan yang sering update marah-marah lalu kebun binatangnya keluar semua? Maksud saya dengan kebun binatangnya keluar semua adalah marah-marah dengan menuliskan nama-nama binatang yang kurang sopan untuk diucapkan. Ieuwh sekali kan melihat perempuan seperti itu, tidak sedap dipandang. Sebenarnya tidak hanya perempuan, laki-laki yang suka update marah-marah di jejaring sosial pun juga tidak sedap dipandang. Untuk apa sih suatu kemarahan harus di update? Memangnya dunia harus tahu kalau kita sedang marah? Lantas kalau dunia sudah tahu, apa manfaatnya untuk kita? Kita jadi terlihat lebih garang dan menakutkan gitu maunya? Haish demi apa kelihatan garang kok bangga.

4. Galau
Jaman sekarang ini lagi musimnya kata galau. Seseorang yang menulis tentang cinta-cintaan di dunia maya seringkali disebut galau. Saya pernah mengalami masa-masa galau dan menulis kalimat-kalimat galau di jejaring social, ah tapi sampai sekarang saya sangat menyesal pernah menulis hal-hal seperti itu, meskipun saat itu hanya beberapa kalimat galau yang saya tuliskan di jejaring sosial. Tidak perlu menunjukan pada dunia kalau kita sedang sedih atau galau atau semacamnya. Semakin kita sering update galau apalagi galau tentang cinta-cintaan, maka semakin banyak orang yang kepo jejaring sosial kita, dan kehidupan pribadi kita akan sangat mudah dibaca orang lain. Tidak ada untungnya banyak orang yang tahu kalau kamu sedang galau, yang ada kamu akan dianggap pemain sinetron di jejaring sosial, dan hal ini sangat menarik bagi teman-temanmu yang kepo.

Saya yakin pasti ada banyak hal yang bisa kita tulis di jejaring sosial tanpa harus merugikan diri sendiri dan orang lain. Tidak perlu menunjukan kesedihan, kegundahan, kegalauan, kelemahan, dan keterpurukan kita pada dunia. Cukup orang-orang tertentu saja yang tahu. Lebih baik pasrahkan segalanya pada Allah SWT. karena sudah pasti akan lebih aman dan terpercaya. Semoga kita selalu menjadi insan yang lebih baik dari hari ke hari.


Sekian tulisan saya yang maaf kurang bermutu. Terimakasih telah sudi membaca :))

Catatan:

Sabtu, 04 Agustus 2012

Melepaskan




Dulu, aku hanya mengejar mimpiku, keinginanku, dan menuruti semua egoku. Aku tidak pernah memperdulikan mereka, aku tidak bisa menjaga perasaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang selalu mendukungku, selalu setia membantuku disetiap waktu. Mereka adalah orang-orang yang aku sayangi, orang-orang yang aku cintai, orang-orang yang mampu membuatku tegar sekaligus rapuh. Mereka selalu mengalah untukku, mengalah demi kebahagiaanku. Mereka tidak pernah lelah mengerti aku.

Kini aku mengerti, aku terlalu banyak menyakiti. Aku terlalu banyak menyita waktu mereka untuk memenuhi semua hasratku dan kebahagiaanku. Kini waktu untuk mereka bahagia dan waktu untuk mereka memikirkan diri mereka sendiri. Tidak banyak yang bisa aku lakukan untuk mereka, aku tidak bisa membuat mereka bahagia seperti yang pernah mereka berikan untukku. Hanya satu yang aku bisa, merelakan mereka pergi mencari kebebasannya. Membiarkan mereka terbang bebas lepas tanpa harus memperdulikan aku lagi. Ya, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membuat mereka bahagia.

Catatan:

Kamis, 26 Juli 2012

Wahai Pemilik Tulang Rusukku


Jika namamu yang ditulis di Lauhul Mahfudz untuk diriku niscaya rasa cinta itu akan Alloh tanamkan dalam diri kita.
Tugas pertamaku bukan mencari dirimu namum mensholehkan diriku.
Wahai seseorang yang telah tertulis di dalam Lauhul Mahfudzku, Imamku, dan ayah dari anak-anakku, engkau yang membersamai perjalananku nanti.
Aku percaya kau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu 'tuk menjadi Imam bagi tulang rusukmu dan buah hatimu kelak.

Rabu, 13 Juni 2012

Kisah Ayah, Anak, dan Keledai

Alkisah di suatu waktu, ada seorang lelaki yang hendak menjual keledainya ke pasar. Dia mengajak anaknya semata wayang untuk berangkat bersama. Berhubung tempat tinggal mereka jauh letaknya, maka sang ayah menyuruh anaknya untuk naik ke atas keledai tersebut, dan sang ayah berjalan di depan sambil memegang tali kekang.
Selang beberapa lama mereka berpapasan dengan tetangga mereka, seorang penebang kayu yang baru pulang dari hutan. Pria tersebut menyapa mereka dan berbincang-bincang tentang tujuan mereka. Di akhir perbincangan, dia berkata:
"Nak, harusnya kamu sadar diri. Ayahmu kan sudah tua, masa dia yang harus berjalan kaki sementara kamu duduk santai di atas keledai."
Orang tersebut pun berlalu. Sang anak merasa tak enak, kemudian turun dari keledainya dan menganjurkan supaya ayah-nya saja yang duduk di atas keledai dan dia berjalan di depan sambil memegang tali kekang. Sang ayah setuju.
Beberapa jauh kemudian, mereka berpapasan dengan rombongan pengelana dan kali ini sang ayah mendapat umpatan:
"Orang tua kejam, anaknya disuruh berjalan sementara dia sendiri enak-enakan duduk di atas keledai!"
Ayah dan anak itu pun tertegun. Setelah rombongan pengelana itu berlalu, sang ayah pun memutuskan kalau lebih baik mereka berdua naik bersama di atas keledai tersebut. Sang anak pun menurut. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dengan harapan tidak akan ada orang lain yang mencela mereka.
Setelah mendekati daerah pasar, mereka melihat seorang ibu yang sedang dalam perjalan pulang dari pasar. Dari kejauhan mereka dapat melihat kalau ibu itu memperhatikan mereka, tetapi sang ibu tidak melontarkan satu kata pun. Merasa kali ini mereka sudah membuat keputusan yang tepat, mereka terus berjalan hingga berpapasan dengan sang ibu. Tiba-tiba ibu itu dengan lantang berkata:
"Eee, kalian benar-benar manusia gak punya perasaan. Keledai sudah kecil begitu masih aja dipaksa ngangkut kalian berdua! Herman deh gue."
Mendengar ini mereka berdua lalu turun dari keledai dan hanya berjalan kaki.Ketika mendekati pasar, mereka bertemu dengan seseorang dan orang itu berkata,

 ”Mengapa kalian berdua tidak memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian berjalan kaki jika ada   keledai yang bisa kalian naiki?”

Sampai di sini sang ayah lalu berhenti dan berkata kepada anaknya,

Nak, Lihatlah, jika kita hanya menuruti perkataan/pikiran orang lain, maka tidak akan pernah ada habisnya dan bingunglah kita jadinya."


Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa jangan selalu menuruti apa yang orang lain katakan, di luar sana ada banyak pendapat orang lain, tidak mungkin kita dapat menuruti semuanya, tidak perlu terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh orang lain selama kita melakukan hal yang benar yang diridhoi Alloh SWT.

Kamis, 05 April 2012

My New Family

Terinspirasi dari seorang senior, akhirnya saya kembali menyentuh akun blog saya yang telah lama tidak tersentuh. Ibarat rumah, mungkin blog saya ini sudah penuh dengan sarang laba-laba karena tidak pernah terjamah oleh pemiliknya.

Kali ini saya ingin bercerita singkat tentang kehidupan baru saya di kampus baru yang penuh lika-liku kehidupan (lebay sedikit tidak apa-apa kali ya).
Saat ini saya tercatat sebagai mahasiswa Unnes jurusan PGSD, sebelumnya saya adalah mahasiswa UNY jurusan PGSD.
Saya lulus SMA tahun 2010, lalu mendaftar di PGSD UNY. Dari enam ribuan pendaftar PGSD UNY hanya diterima 240 mahasiswa dan alhamdulillah saya menjadi salah satu mahasiswa yang diterima.
Awalnya saya sangat senang diterima di UNY tapi menjadi tidak senang ketika tahu bahwa saya ditempatkan di kampus UNY cabang wates yang jauh dari bayangan saya. Singkat cerita, saya tidak betah di wates, banyak faktor intern dan ekstern yang membuat saya tidak sanggup berlama-lama di sana. Selama 2 semester saya bertahan kuliah di UNY sampai badan kurus kering kerontang karena langganan sakit (padahal tidak kurus-kurus amat). Dengan berbagai pertimbangan dan diskusi yang pelik akhirnya kami (saya dan orangtua) memutuskan bahwa saya harus dipindahkan kuliah di Unnes.
Mengurus pindah kuliah ternyata sangat rumit, sungguh rumit, terlalu rumit. Saya harus pontang-panting Semarang-Jogja. Dalam seminggu bisa 3-4 kali bolak-balik Semarang-Jogja, cukup menguras tenaga, pikiran, dan waktu. Tapi alhamdulillah wa syukurillah setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya saya diterima menjadi mahasiswa PGSD Unnes.

Awal saya datang dan memulai kehidupan di Semarang, berat badan saya masih cukup ringan, makin lama makin berat alias makin gendut, mungkin ini pertanda bahwa saya betah tinggal di sini.

Ini foto kampus baru saya:
PGSD Unnes

Kampus PGSD Unnes sama seperti kampus PGSD UNY yang jauh dari peradaban, emm maksud saya jauh dari kampus pusat. Tapi walau bagaimana pun juga, saya lebih bahagia di sini, lebih dekat dengan rumah, serta suasananya yang tenang.

Di sini saya memiliki sahabat dekat yang selalu menemani hari-hari saya yang kelam (lebay), yang pertama yaitu Asna dan Asma.


Asna
Asna Mariatul Kibtiyah namanya. Dia sahabat yang baik, selalu membela dan mendukung saya. Asna juga banyak membantu saya dalam proses mengurus pindah kuliah. Sebagai sahabat, asna selalu menunjukan perhatian dan kepeduliannya kepada saya.


Asma
Selanjutnya yaitu Asma Azizah. Awal perkenalan kami karena dikenalkan oleh Asna. Asma tipe gadis yang ceplas ceplos, selalu membuat saya tertawa karena leluconnya yang konyol. Saya cukup dekat dengan Asma, apalagi terkadang kami memiliki pemikiran yang sama, hehe.

I love Asna Asma so much :)

Sahabat baru saya yang tidak kalah seru adalah teman-teman sekost saya, mereka biasa disebut "Djalopy" dan saya adalah personil terbaru Djalopy. Semenjak saya datang di kehidupan Djalopy, kami terbiasa memanggil satu sama lain dengan sebuatan "kak" tapi saya tidak akan menjelaskan kronologi mengapa kami saling memanggil "kak", jadi jangan penasaran ya! (padahal tidak ada yang penasaran -_-)


Kak Lar
Personil Djalopy yang pertama yaitu Laras Resnani Putri, biasanya saya memanggilnya Kak Lar. Dia cantik, baik, kulitnya mulus tanpa bulu. Kalau tidur selalu paling awal. Kalau bangun belum tentu paling awal. Kak Lar paling rajin dan rapi nomor 2 diantara personil Djalopy yang lain (yang nomor 1 Kak Puj). Dalam beberapa foto close up-nya, saya sering mengamati Kak Lar sering berpose dengan kepala sedikit dimiringkan.


Kak Ep
Selanjutnya yaitu Elvin Kurniasari, saya memanggilnya Kak Ep. Lahir pada tanggal 1 April 1992. Kak Ep cantik, baik, tinggi kurus, hobi begadang tapi tidak sampai larut pagi. Kak Ep juga hobi sing songs di kost bersama saya dan Kak Shon. Dari tampangnya, Kak Ep paling tidak bisa marah, amarahnya selalu dipendam dalam lubuk hati yang terdalam.


Kak Shon
Yang ketiga yaitu Farokhah Aini Shona, biasa dipanggil Kak Shon. Dia paling pintar mengaji diantara kami semua. Kak Shon itu cantik tapi sering kali dia kurang perduli dengan penampilannya, emm tapi menurut penelitian saya semenjak semester 4 dia semakin rajin merawat diri. Kak Shon pintar masak, meski kadang ada yang bilang kurang asin, kurang ini, kurang itu, tapi bagi saya dia tetap jago masak. Kak Shon selalu baik kepada semua orang termasuk saya meski dia sering dibully, hehehe.


Kak Lol
Selanjutnya yaitu Lolita. Dia personil Djalopy paling imut-imut. Saya sering gemes ketika melihatnya, dia lucu seperti boneka. Saya memanngilnya Kak Lol, dia juga cantik, kulitnya putih susah item. Dia sering bilang ngefans dengan style saya, mungkin di dunia yang fana ini cuma Kak Lol yang sudi menjadi fans dari orang seperti saya. Kak Lol itu juragan pulsa, saya sering hutang pulsa sama Kak lol, tapi pasti dibayar kok.


Kak Put
Next, Putri Nur Kholifah, panggilannya Kak Put. Dia anak pramuka sejati, Salam Pramuka Kak Put!! Kak Put itu agak tomboy, cantik, suaranya bagus alias pinter nyanyi, baik hati dan tidak sombong. Julukan terbarunya Putri Paramore. Kak Put pintar edit foto, designer muda, intinya dia itu multitalenta. Kak Put sering galau tiap update status facebook dan twitter tapi dia tidak pernah mengaku galau, hmm.


Kak Puj
Yang terakhir yaitu Tri Puji Lestari. Biasa dipanggil Kak Puj. Diantara semua personil Djalopy, menurut saya dia yang paling manis, tekstur wajahnya bagus, mancung pula. Kak Puj sangat rajin dalam segala hal, termasuk paling hobi mudik alias pulang kerumah. Baginya, tiada weekend tanpa mudik (sama seperti saya).

I think that's all about my new family :)

Minggu, 01 April 2012

Pengabdian Seorang Guru


“Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya berawal dari pendidikan” pernah saya dengar peribahasa seperti itu. Kita sepakat, di dalam sebuah jejaring sistem pendidikan yang begitu kompleks unsur guru tidak dapat dipungkiri keeksistensiannya, guru berperan sangat sentral di sana.


Guru lah yang menjadi “distributor” kurikulum yang sudah diberlakukan untuk kemudian ditransferkan kepada anak didiknya. Bayangkan betapa sulitnya meramu, meracik bumbu-bumbu materi-materi ajar menjadi santapan lezat bagi anak didiknya, yang ke-semuanya harus suka, dan semua harus memakannya dengan lahap. Guru dituntut menjadikan sebuah pembelajaran berjalan menyenangkan, walau kadang masalah di rumah banyak sekali ia tak hiraukan hal itu, ia pakai ‘topeng gurunya’ ia fokuskan pikirannya pagi itu pada bibit-bibit bangsa di depannya. Ketika upacara berlangsung pada saat petugas membacakan pembukaan UUD 45 alenia 3, jelas kita dengarkan bersama “….mencerdaskan kehidupan bangsa”, nahh… tugas siapa ini? Sebagian besar dari kita pasti menjawab, “itu tugas guru”.


Semakin berat tugas guru. Saya mendefinisikan kata ‘mencerdaskan’ di sini bukan hanya cerdas secara intelektual semata (tanpa bermaksud mengkesampingkan teori Multiple Intelegence), cerdas yang saya maksud adalah cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual. Maka dari itu tugas guru bukan saja mengajarkan materi, tapi ia juga harus membentuk karakter anak didik yang santun dan berbudi pekerti dan menanamkan cita-cita, mimpi-mimpi bagi anak didiknya.


Fantastis, menjadi guru yang dulu hanya sebagian kecil orang yang mau sekarang beribu-ribu orang yang ingin mendedikasikan dirinya sebagai seorang guru, entah tulus dari hati ataukan hanya demi mencari pekerjaan. Kalau memang tulus dari hati diniati dengan nilai pengabdian yang tinggi saya yakin wajah pendidikan akan berubah lebih baik, tetapi kalau menjadi guru hanya sekedar mencari pekerjaan, ini yang berbahaya. Karena “Guru yang baik meneladani dan melayani”. Guru harus siap dalam berbagai keadaan, pelajari teorinya lalu praktekkan. Misalkan ada 20 anak di dalam kelas, maka ada 20 perbedaan karakter di sana, ada 20 permasalahan di sana dan itu ia hadapi setiap hari. Begitu besar pengabdianmu.


Teringat sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh Bang Iwan Fals sekitar 30 tahun yang lalu.


“tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri”


Menjadi guru identik dengan bergaji sedikit waktu itu.


Aahhhh itu lagu lama… Sekarang kesejahteraan guru sudah saatnya meningkat, tunjangan ini, tunjangan itu harus diberikan, sampai-sampai pemerintah mengeluarkan kebijakan 2 x gaji pokok bagi guru-guru yang telah lulus sertifikasi. Tidak lagi kita dengar guru dengan sampingan tukang ojek, guru dengan sampingan pemulung, guru dengan sampingan pembuat layang-layang, guru dengan sampingan tukang cukur, guru dengan sampingan ini itu yang memprihatinkan… STOP!!!


Menjadi guru adalah tugas mulia, ia yang menginsprasi, ia yang memotivasi, sudah saatnya ia tidak memikirkan asap dapurnya, isi perutnya, tetapi ia fokuskan pikirannya itu untuk anak-anak didiknya. Jadilah guru yang berkualitas, yang belajar setiap hari, yang menginspirasi setiap hari.

Huda, PGSD 2007