Halaman

Rabu, 13 Juni 2012

Kisah Ayah, Anak, dan Keledai

Alkisah di suatu waktu, ada seorang lelaki yang hendak menjual keledainya ke pasar. Dia mengajak anaknya semata wayang untuk berangkat bersama. Berhubung tempat tinggal mereka jauh letaknya, maka sang ayah menyuruh anaknya untuk naik ke atas keledai tersebut, dan sang ayah berjalan di depan sambil memegang tali kekang.
Selang beberapa lama mereka berpapasan dengan tetangga mereka, seorang penebang kayu yang baru pulang dari hutan. Pria tersebut menyapa mereka dan berbincang-bincang tentang tujuan mereka. Di akhir perbincangan, dia berkata:
"Nak, harusnya kamu sadar diri. Ayahmu kan sudah tua, masa dia yang harus berjalan kaki sementara kamu duduk santai di atas keledai."
Orang tersebut pun berlalu. Sang anak merasa tak enak, kemudian turun dari keledainya dan menganjurkan supaya ayah-nya saja yang duduk di atas keledai dan dia berjalan di depan sambil memegang tali kekang. Sang ayah setuju.
Beberapa jauh kemudian, mereka berpapasan dengan rombongan pengelana dan kali ini sang ayah mendapat umpatan:
"Orang tua kejam, anaknya disuruh berjalan sementara dia sendiri enak-enakan duduk di atas keledai!"
Ayah dan anak itu pun tertegun. Setelah rombongan pengelana itu berlalu, sang ayah pun memutuskan kalau lebih baik mereka berdua naik bersama di atas keledai tersebut. Sang anak pun menurut. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dengan harapan tidak akan ada orang lain yang mencela mereka.
Setelah mendekati daerah pasar, mereka melihat seorang ibu yang sedang dalam perjalan pulang dari pasar. Dari kejauhan mereka dapat melihat kalau ibu itu memperhatikan mereka, tetapi sang ibu tidak melontarkan satu kata pun. Merasa kali ini mereka sudah membuat keputusan yang tepat, mereka terus berjalan hingga berpapasan dengan sang ibu. Tiba-tiba ibu itu dengan lantang berkata:
"Eee, kalian benar-benar manusia gak punya perasaan. Keledai sudah kecil begitu masih aja dipaksa ngangkut kalian berdua! Herman deh gue."
Mendengar ini mereka berdua lalu turun dari keledai dan hanya berjalan kaki.Ketika mendekati pasar, mereka bertemu dengan seseorang dan orang itu berkata,

 ”Mengapa kalian berdua tidak memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian berjalan kaki jika ada   keledai yang bisa kalian naiki?”

Sampai di sini sang ayah lalu berhenti dan berkata kepada anaknya,

Nak, Lihatlah, jika kita hanya menuruti perkataan/pikiran orang lain, maka tidak akan pernah ada habisnya dan bingunglah kita jadinya."


Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa jangan selalu menuruti apa yang orang lain katakan, di luar sana ada banyak pendapat orang lain, tidak mungkin kita dapat menuruti semuanya, tidak perlu terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh orang lain selama kita melakukan hal yang benar yang diridhoi Alloh SWT.