Halaman

Kamis, 05 April 2012

My New Family

Terinspirasi dari seorang senior, akhirnya saya kembali menyentuh akun blog saya yang telah lama tidak tersentuh. Ibarat rumah, mungkin blog saya ini sudah penuh dengan sarang laba-laba karena tidak pernah terjamah oleh pemiliknya.

Kali ini saya ingin bercerita singkat tentang kehidupan baru saya di kampus baru yang penuh lika-liku kehidupan (lebay sedikit tidak apa-apa kali ya).
Saat ini saya tercatat sebagai mahasiswa Unnes jurusan PGSD, sebelumnya saya adalah mahasiswa UNY jurusan PGSD.
Saya lulus SMA tahun 2010, lalu mendaftar di PGSD UNY. Dari enam ribuan pendaftar PGSD UNY hanya diterima 240 mahasiswa dan alhamdulillah saya menjadi salah satu mahasiswa yang diterima.
Awalnya saya sangat senang diterima di UNY tapi menjadi tidak senang ketika tahu bahwa saya ditempatkan di kampus UNY cabang wates yang jauh dari bayangan saya. Singkat cerita, saya tidak betah di wates, banyak faktor intern dan ekstern yang membuat saya tidak sanggup berlama-lama di sana. Selama 2 semester saya bertahan kuliah di UNY sampai badan kurus kering kerontang karena langganan sakit (padahal tidak kurus-kurus amat). Dengan berbagai pertimbangan dan diskusi yang pelik akhirnya kami (saya dan orangtua) memutuskan bahwa saya harus dipindahkan kuliah di Unnes.
Mengurus pindah kuliah ternyata sangat rumit, sungguh rumit, terlalu rumit. Saya harus pontang-panting Semarang-Jogja. Dalam seminggu bisa 3-4 kali bolak-balik Semarang-Jogja, cukup menguras tenaga, pikiran, dan waktu. Tapi alhamdulillah wa syukurillah setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya saya diterima menjadi mahasiswa PGSD Unnes.

Awal saya datang dan memulai kehidupan di Semarang, berat badan saya masih cukup ringan, makin lama makin berat alias makin gendut, mungkin ini pertanda bahwa saya betah tinggal di sini.

Ini foto kampus baru saya:
PGSD Unnes

Kampus PGSD Unnes sama seperti kampus PGSD UNY yang jauh dari peradaban, emm maksud saya jauh dari kampus pusat. Tapi walau bagaimana pun juga, saya lebih bahagia di sini, lebih dekat dengan rumah, serta suasananya yang tenang.

Di sini saya memiliki sahabat dekat yang selalu menemani hari-hari saya yang kelam (lebay), yang pertama yaitu Asna dan Asma.


Asna
Asna Mariatul Kibtiyah namanya. Dia sahabat yang baik, selalu membela dan mendukung saya. Asna juga banyak membantu saya dalam proses mengurus pindah kuliah. Sebagai sahabat, asna selalu menunjukan perhatian dan kepeduliannya kepada saya.


Asma
Selanjutnya yaitu Asma Azizah. Awal perkenalan kami karena dikenalkan oleh Asna. Asma tipe gadis yang ceplas ceplos, selalu membuat saya tertawa karena leluconnya yang konyol. Saya cukup dekat dengan Asma, apalagi terkadang kami memiliki pemikiran yang sama, hehe.

I love Asna Asma so much :)

Sahabat baru saya yang tidak kalah seru adalah teman-teman sekost saya, mereka biasa disebut "Djalopy" dan saya adalah personil terbaru Djalopy. Semenjak saya datang di kehidupan Djalopy, kami terbiasa memanggil satu sama lain dengan sebuatan "kak" tapi saya tidak akan menjelaskan kronologi mengapa kami saling memanggil "kak", jadi jangan penasaran ya! (padahal tidak ada yang penasaran -_-)


Kak Lar
Personil Djalopy yang pertama yaitu Laras Resnani Putri, biasanya saya memanggilnya Kak Lar. Dia cantik, baik, kulitnya mulus tanpa bulu. Kalau tidur selalu paling awal. Kalau bangun belum tentu paling awal. Kak Lar paling rajin dan rapi nomor 2 diantara personil Djalopy yang lain (yang nomor 1 Kak Puj). Dalam beberapa foto close up-nya, saya sering mengamati Kak Lar sering berpose dengan kepala sedikit dimiringkan.


Kak Ep
Selanjutnya yaitu Elvin Kurniasari, saya memanggilnya Kak Ep. Lahir pada tanggal 1 April 1992. Kak Ep cantik, baik, tinggi kurus, hobi begadang tapi tidak sampai larut pagi. Kak Ep juga hobi sing songs di kost bersama saya dan Kak Shon. Dari tampangnya, Kak Ep paling tidak bisa marah, amarahnya selalu dipendam dalam lubuk hati yang terdalam.


Kak Shon
Yang ketiga yaitu Farokhah Aini Shona, biasa dipanggil Kak Shon. Dia paling pintar mengaji diantara kami semua. Kak Shon itu cantik tapi sering kali dia kurang perduli dengan penampilannya, emm tapi menurut penelitian saya semenjak semester 4 dia semakin rajin merawat diri. Kak Shon pintar masak, meski kadang ada yang bilang kurang asin, kurang ini, kurang itu, tapi bagi saya dia tetap jago masak. Kak Shon selalu baik kepada semua orang termasuk saya meski dia sering dibully, hehehe.


Kak Lol
Selanjutnya yaitu Lolita. Dia personil Djalopy paling imut-imut. Saya sering gemes ketika melihatnya, dia lucu seperti boneka. Saya memanngilnya Kak Lol, dia juga cantik, kulitnya putih susah item. Dia sering bilang ngefans dengan style saya, mungkin di dunia yang fana ini cuma Kak Lol yang sudi menjadi fans dari orang seperti saya. Kak Lol itu juragan pulsa, saya sering hutang pulsa sama Kak lol, tapi pasti dibayar kok.


Kak Put
Next, Putri Nur Kholifah, panggilannya Kak Put. Dia anak pramuka sejati, Salam Pramuka Kak Put!! Kak Put itu agak tomboy, cantik, suaranya bagus alias pinter nyanyi, baik hati dan tidak sombong. Julukan terbarunya Putri Paramore. Kak Put pintar edit foto, designer muda, intinya dia itu multitalenta. Kak Put sering galau tiap update status facebook dan twitter tapi dia tidak pernah mengaku galau, hmm.


Kak Puj
Yang terakhir yaitu Tri Puji Lestari. Biasa dipanggil Kak Puj. Diantara semua personil Djalopy, menurut saya dia yang paling manis, tekstur wajahnya bagus, mancung pula. Kak Puj sangat rajin dalam segala hal, termasuk paling hobi mudik alias pulang kerumah. Baginya, tiada weekend tanpa mudik (sama seperti saya).

I think that's all about my new family :)

Minggu, 01 April 2012

Pengabdian Seorang Guru


“Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya berawal dari pendidikan” pernah saya dengar peribahasa seperti itu. Kita sepakat, di dalam sebuah jejaring sistem pendidikan yang begitu kompleks unsur guru tidak dapat dipungkiri keeksistensiannya, guru berperan sangat sentral di sana.


Guru lah yang menjadi “distributor” kurikulum yang sudah diberlakukan untuk kemudian ditransferkan kepada anak didiknya. Bayangkan betapa sulitnya meramu, meracik bumbu-bumbu materi-materi ajar menjadi santapan lezat bagi anak didiknya, yang ke-semuanya harus suka, dan semua harus memakannya dengan lahap. Guru dituntut menjadikan sebuah pembelajaran berjalan menyenangkan, walau kadang masalah di rumah banyak sekali ia tak hiraukan hal itu, ia pakai ‘topeng gurunya’ ia fokuskan pikirannya pagi itu pada bibit-bibit bangsa di depannya. Ketika upacara berlangsung pada saat petugas membacakan pembukaan UUD 45 alenia 3, jelas kita dengarkan bersama “….mencerdaskan kehidupan bangsa”, nahh… tugas siapa ini? Sebagian besar dari kita pasti menjawab, “itu tugas guru”.


Semakin berat tugas guru. Saya mendefinisikan kata ‘mencerdaskan’ di sini bukan hanya cerdas secara intelektual semata (tanpa bermaksud mengkesampingkan teori Multiple Intelegence), cerdas yang saya maksud adalah cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual. Maka dari itu tugas guru bukan saja mengajarkan materi, tapi ia juga harus membentuk karakter anak didik yang santun dan berbudi pekerti dan menanamkan cita-cita, mimpi-mimpi bagi anak didiknya.


Fantastis, menjadi guru yang dulu hanya sebagian kecil orang yang mau sekarang beribu-ribu orang yang ingin mendedikasikan dirinya sebagai seorang guru, entah tulus dari hati ataukan hanya demi mencari pekerjaan. Kalau memang tulus dari hati diniati dengan nilai pengabdian yang tinggi saya yakin wajah pendidikan akan berubah lebih baik, tetapi kalau menjadi guru hanya sekedar mencari pekerjaan, ini yang berbahaya. Karena “Guru yang baik meneladani dan melayani”. Guru harus siap dalam berbagai keadaan, pelajari teorinya lalu praktekkan. Misalkan ada 20 anak di dalam kelas, maka ada 20 perbedaan karakter di sana, ada 20 permasalahan di sana dan itu ia hadapi setiap hari. Begitu besar pengabdianmu.


Teringat sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh Bang Iwan Fals sekitar 30 tahun yang lalu.


“tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri”


Menjadi guru identik dengan bergaji sedikit waktu itu.


Aahhhh itu lagu lama… Sekarang kesejahteraan guru sudah saatnya meningkat, tunjangan ini, tunjangan itu harus diberikan, sampai-sampai pemerintah mengeluarkan kebijakan 2 x gaji pokok bagi guru-guru yang telah lulus sertifikasi. Tidak lagi kita dengar guru dengan sampingan tukang ojek, guru dengan sampingan pemulung, guru dengan sampingan pembuat layang-layang, guru dengan sampingan tukang cukur, guru dengan sampingan ini itu yang memprihatinkan… STOP!!!


Menjadi guru adalah tugas mulia, ia yang menginsprasi, ia yang memotivasi, sudah saatnya ia tidak memikirkan asap dapurnya, isi perutnya, tetapi ia fokuskan pikirannya itu untuk anak-anak didiknya. Jadilah guru yang berkualitas, yang belajar setiap hari, yang menginspirasi setiap hari.

Huda, PGSD 2007